PERAN
ORGANISASI BAGI MAHASISWA[1]
Dilihat dari namanya , mahasiswa bisa diartikan pelajar yang luar biasa, karena telah menempuh jenjang terakhirnya dalam level pendidikan secara formal. pemahaman ini jelas berbeda dengan pemaknaan siswa yang biasa diartikan pelajar. Penyisipan arti maha (luar biasa) dalam memaknai mahasiswa tidaklah terjadi secara kebetulan. Pernyataan ini bisa diperkuat dengan idealisme mahasiswa dengan adagiumnya yang terkenal yaitu “agent of change” yang berarti pelaku perubahan.
Logika
dari gelar ini berorientasi pada penempatan mahasiswa sebagai sentral yang bisa
memainkan peran aktifnya untuk mengawali dan mengawal sebuah perubahan. Untuk
itu, mahasiswa tertuntut untuk menjadi orang yang betul-betul super dalam
lingkungannya sehingga transformasi ilmu dan pengalamannya bisa dirasakan oleh
masyarakat.
Untuk
mewujudkan idealisme tersebut, perlu sebuah langkah kongret dan efektif yang
membawa mahasiswa pada kondisi tersebut. Langkah-langkah itu bisa ditemukan
dalam pengalaman mengelola sebuah komunitas, mobilisasi massa, menghimpun ide,
menganalisis persoalan, dan memecahkan masalah. Semua itu bisa dicapai oleh
mahasiswa dalam sebuah perhimpunan yang disebut dengan organisasi.
Mahasiswa
tanpa organisasi bagaikan kupu-kupu terbang yang hanya mondar-mandir
menghabiskan tenaga dan harta . Mereka hanyalah siswa lanjutan yang hanya
belajar materi akademik. Mereka hanya mementingkan bagaimana menjadi orang
pintar tanpa merenungkan bagaimana mentransformasikannya dalam kelangsungan hidup
masyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa teori tidak selalu sama dengan
realitas. Bagaimanapun pintarnya seorang mahasiswa berteori, genius sekalipun
dalam mengerjakan soal, belum tentu dia bisa memecahkan persoalan yang dihadapi
oleh masyarakat.
Pada
titik inilah, organisasi tidak bisa dihindari oleh mereka yang mengaku
betul-betul mahasiswa. Kalau hanya ingin mencari ilmu pengetahuan, seseorang
tidak perlu repot-repot menjadi mahasiswa. Dia bisa belajar autodidak dengan
membaca koran dan buku ilmiah serta internet atau menyimak diskusi yang
dipublikasikan oleh media televisi, misalnya. Namun, dia tidak boleh terlalu
banyak bermimpi untuk bisa menjadi leader (pemimpin) dalam sebuah komunitas
karena kepemimpinan adalah bagian penting dalam pengalaman organisasi. (Zainuddin
El-Madury)
Ada dua macam organisasi dalam
dunia kemahasiswaan:
- Organisasi Intra Kampus
- OrganisasiEkstraKampus
Di STAIN
Pekalongan contohnya, Organisasi Intra kampus seperti Dewan Perwakilan Mahasiswa
(DPM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Himpunan Mahasiswa Program Studi
(HMPS) dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang membawahi Unit Kegiatan Khusus
(UKK) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Tujuan UKK dan UKM yakni memediasi
minat dan bakat mahasiswa untuk menstimulasi keseimbangan otak kiri dan otak
kanan kita serta mengasah respon atau daya kreatifitas. Contohnya :
1.
UKM SIGMA (Studi Gender Mahasiswa)
2.
UKM GEMALAWA
3.
UKM Theater Zenith
4.
UKM SPORT
5.
UKM LPTQ
6.
UKM LDK (lembaga Dakwah Kampus)
7.
UKM SPEAC
8.
UKM Al-Mizan Lembaga Pers Mahasiswa
9.
UKK Racana
10.
UKK Menwa
11.
UKK KOPMA, dll
Sedang Organisasi
Ekstra Kampus lebih memfokuskan untuk berproses di luar, daripada konteks
Keluarga Mahasiswa dari kampus masing-masing. Selain itu mengarahkan proses
pembelajaran untuk mengenal Organisasi yang lebih besar dengan berbagai
dinamika ruang dan waktu. Contohnya seperti di STAIN pekalongan ada :
- Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
- Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
- Mahasiswa Ahlith Thoriqoh Al-Mu’tabaroh Al-nahdliyah (MATAN)
- KAMMI
Dengan
demikian, marilah kita bersama-sama membangun dinamika kemahasiswaan kita
dengan berorganisasi. Organisasi bukanlah hal yang membuat seseorang berantakan
ataupun mendapat Indek Prestasi (IP) yang sedikit. Namun berorganisasi selain
mendapat sebuah pengalaman, juga mendapatkan kita belajar bagaimana mengelola
sebuah komunitas, mobilisasi massa, menghimpun ide, menganalisis persoalan, dan
memecahkan masalah.
MAHASISWA,, MARI KITA BERORGANISASI !!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar